Dengan berbekal
pengalaman buruk pada saat konsultasi dengan dokter kandungan sebelumnya, maka
kali saya mencari tau dokter kandungan yang rekomen. Pada saat curhat sama
seorang sahabat yang kebetulan bekerja di sebuah rumah sakit, tentang
pengalaman buruk kemarin, maka sang sahabat pun merekomendasikan sebuah klinik
dan seorang dokter. Kebetulan lokasi klinik tidak begitu jauh dari tempat
tinggal orang tua saya. Sahabat lain yang kebetulan kerja di lab pun tidak
menyarankan untuk test hormon terlebih dahulu, karena konon biayanya lumayan
menguras tabungan. Kalau tidak salah, hampir 2 jt an. Alhasil, setelah
dinasehati oleh kedua sahabat saya tersebut, akhirnya saya mencari second
opinion ke klinik dan dokter yang dimaksud.
Kebetulan sabtu itu,
kami tidak ada jadwal kemana-mana, jadi kami berfikir untuk pergi ke klinik,
sekalian jenguk orang tua saya. Sebelumya, saya udah nelepon ke klinik, katanya
dokternya praktek jam 10. Berbekal informasi dari telepon tadi, saya dan suami
dateng jam9, karena katanya harus daftar dulu. Begitu kami sampai di klinik,
WOW ramee banget deh udah kaya pasar…! Mungkin memang kebetulan itu klinik
khusus ibu dan anak, dan kami datang hari libur jadi yaa mungkin wajar sajalah
kalau padat seperti itu. Begitu mau daftar, ternyata saya dapet no antrian ke
33. Ah kami fikir tidak akan lama, soalnya di dokter sebelumnya, satu pasien
tidak sampai 10 menit. Ternyata sampe jam1, nomer antrian masih belasan.
Akhirnya kami putuskan untuk pulang dulu krmh orang tua saya, sekalian solat
dzuhur. Setelah solat dzuhur, kami istirahat sambil nunggu adzan ashar. Ah
palingan habis ashar, pikir kami. Kami pun terlelap tidur sampai akhirnya adzan
ashar. Setelah solat asar, kami nelepon kliniknya untuk bertanya sudah nomer
berapa antriannya. Ternyata sudah 28, kami pun bergegas pergi lagi ke klinik.
Sesampainya di klinik,
mendadak deg2an. Ah maklum lah masih trauma sama dokter kandungan sebelumnya.
Akhirnya nomor kami pun dipanggil. Begitu masuk ruangan dokter, disambut super
hangat sama sang dokter. Lalu ditanya-tanya seprti, “ada apa? Kapan terakhir
mens? Sudah berapa lama menikah?” ga lama setelah tanya jawab, saya pun disuruh
usg. Pada saat proses usg, dokternya bilang “wah ini ga nahan pipis ya?” OMG
saya lupa untuk nahan pipis, alhasil dokter langsung menyarankan untuk
transvaginal. Semacam dimasukin alat gitu ke dalam kemaluan. Kemudian hasilnya
muncul di layar, “belum ada pembuahan sih, tapi di sini keliatan udah ada
penebalan rahim, antara mau mens atau akan terjadi pembuahan” setelah beres transvaginal,
kami pun berbincang-bincang di meja dokter. Lalu terjadilah percakapan :
Dokter (D) ; Saya (S)
D : Untuk sekarang, ga saya kasih obat
dulu ya. Takutnya bener terjadi pembuahan.
S : Oh iya dok
D : Berat badannya naik ya setelah
nikah?
S : Iya dok
D : Berapa kilo?
S : 6 Kg
D : Waduh baru 6 bulan sudah naik 6
kilo? Haha kalau bisa berat badannya turunin ya, soalnya nanti kalau hamil
pasti berat badannya naik lagi
S : Iya dok (dengan nada ragu)
D : Analisa sementara, mungkin kenaikan
berat badan yang drastis mempengaruhi hormon, jadi sekarang kamu mens nya
telat
S : Oh gitu ya dok, dok kalau mens nya
ga teratur apa pertanda tidak subur?
D : Oh engga, kesuburan tidak bisa
dilihat dari jadwal mens. Selama kamu masih mens, berarti ya masih subur
S : Oh iya iya
D : Pola makan nya mulai sekarang
diatur ya, makan tetep 3x sehari tapi kalau bisa disela-sela jadwal makan itu
tidak boleh ngemil
S : iya mudah-mudah bisa dok, makasih
dok
Habis keluar dari ruangan dokter, kami
merasa puas dengan hasil konsultasinya. Sangat jauh berbeda dengan yang
sebelumnya. Begitu harus bayar, subhanallah biaya nya juga jauh lebih murah.
Saya hanya perlu membayar Rp 120.000,- untuk konsultasi dan USG. Bener kata
orang, cari dokter kandungan tuh cocok-cocokan. Harus sabar dan pantang
menyerah untuk cari-cari sampai nemu yang sreg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar